Senin, 26 November 2018

Pulau Sangiang : Camping, Snorkling, Trekking


Pulau Sangiang : Camping, Snorkling & Trekking




November, 2017  

Saat masa sekolah pernah dong ngerasain yang namanya camping, salah satu kegiatan ekstra kurikuler/eskul dari sekolah,  biasanya dikemas dalam paket persami atau perkemahan sabtu-minggu. Tapi sekalipun persami pasti lokasi campingnya sudah disiapkan khusus untuk menampung kegoatan tsb, artinya sudah ada listrik , MCK dan kebutuhan camping lainnya. Tapi pernah nggak terpikir setelah dewasa untuk melakukan perjalanan camping, snorkeling & trekking yang dijadikan satu dalam paket perjalanan? Itulah yang saya ikuti bersama keluarga dan beberapa tetangga pertengahan November 2017 (18-19 Nov). 

Tujuan trip kali ini adalah Pulau Sangiang, Anyer, bersama keluarga dan beberapa tetangga berjumlah 12 orang kami berangkat pagi pk 05.30 WIB dari Cibubur agar tidak terjebak macet dan juga sudah janji dengan tour operatornya jam 09.00 WIBdi meeting point,  Pelabuhan Paku, Anyer. oh ya, untuk trip kali ini kami ikut tour operator dengan biaya 300 ribu rupiah per orang sudah termasuk tenda, makan, perlengkapan snorkling dan guide ke beberapa lokasi yang akan didatangi. 

Memakan perjalanan sekitar 3 jam, diselingi berhenti di rest area dan menjemput Widhi Bek/photographer temen suami yang pernah ikut juga ke Teluk Kiluan, sampailah kami di Pelabuhan Paku, pelabuhan kecil yang hanya disinggahi perahu-perahu nelayan. Mobil kami tinggal di parkiran Pelabuha Paku dan kami langsung naik perahu nelayan yang sudah disiapkan menuju Pulau Sangiang. Perjalanan dengan perahu motor 1,5 jam menerjang ombak yang lumayan besar pagi ini, akhirnya sampailah kami di Pulau Sangiang, pulau yang hanya dihuni 50 kepala keluarga. Kami dibuat  takjub saat perahu memasuki pulau dan melalui rindangnya pepohonan bakau,  seolah-olah menjadi pintu gerbang pulau tsb. Sampai di pulau, kami mengemas barang-barang yang arus dibawa dan siap-siap menuju areal camping yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. 


Lokasi tenda tempat kami menginap benar-benar berada di pinggir pantai, yaitu Pantai Pasir Panjang.  Pantai dengan pasir putih dan birunya air laut menjadi pemandangan camping ground tempat kami menginap, sayangnya di pantai banyak sekali sampah-sampah yang terbawa  air laut dan teronggok begitu saja, seandainya pemerintah setempat lebih peduli dan mengerahkan penduduk  untuk membersihaknnya secara berkala tentu saja dengan bayaran yang sesuai, saya yakin makin banyak wisatawan yang berminat ke pulau ini.  Setelah sang tour operator Ozi dibantu anak buahnya mendirikan tenda, kamipun makan siang bersama beralaskan tikar dan hembusan angina pantai yang sejuk. Makanan rumahan yang sudah disiapkan dengan menu sayur asem, ikan bakar, sambal, dan tempe goreng  sangat nikmat kami makan bersama di siang yang cukup panas.

Setelah istirahat sebentar, kami tak sabar untuk segera snorkeling. Ada 2 lokasi snorkeling yang disiapkan yaitu : Laggon Bajo dan Lagoon Waru, sayangnya saya sendiri tidak bisa ikutan karena penyakit bulanan perempuan. Ahhh…rasanya pengen nyebur aja liat air laut yang biru jernih dan hamparan karang yang bahkan terlihat dari atas perahu. Puas snorkeling, perahu kembali mengangkut kami ke pulau Sangiang. Sayangnya di pulau ini sarana MCK nya kurang memadai sehingga menyulitkan untuk wisatawan yang menginap di pulau ini. 





Malam ini penerangan di sekitar tenda benar-benar mengandalkan lampu sorot yang kami bawa dan cahaya bintang, karena listrik belum masuk ke pulau ini, kalaupun ada genset hanya dipasang di mushola. Kamipun makan malam lesehan dengan menu ikan bakar, capcay dan lagi-lagi tempe yang kali ini digoreng tepung serta sambel. Meski menu sederhana namun tetap kami rasakan nikmat, mungkin karena makan bersama atau memang makanan yang dipesan dari penduduk setempat benar-benar enak. Usai makan malam, karena masih belum mengantuk, kamipun menghabiskan waktu melihat bintang di pantai Pasir Panjang, sebelum akhirnya rasa kantuk membawa kami ke tenda untuk beristirahat.

Sesuai jadwal yang sudah diberikan sebelumnya, keesokan pagi kami  bersiap-siap sejak pk 05.00 WIB untuk trekking ke Bukit Harapan melihat matahari terbit, sayangnya kami kalah cepat belum sampai di bukit matahari sudah menampakan sinarnya, tapi kami tidak menyesal, karena pemadangan dari atas bukit ini benar-benar menakjubkan. Hamparan pantai Pasir Panjang dan lekukan-lekukan pantai bisa kami nikmati dengan terbuka dari atas bukit. Di atas bukit juga ada gardu pandang yang terbuat dari bambu, sayangnya tidak ada yang berani naik ke atas gardu pandang tsb. 

Tujuan selanjutnya yaitu Goa Kelelawar, kamipun menuruni bukit memakan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di goa yang berhubungan langsung dengan laut lepas. Meski hempasan ombak di goa tsb cukup besar, namun beruntung kami bisa melihat ikan hiu kecil yang berenang-renang di goa mencari makan berupa kelelawar yang jatuh dr atas goa. Setelah puas poto-poto di bukit dan sekitar gow, kamipun kembali ke base camp untuk sarapan dan beres-beres, karena harus kembali ke Pelabuhan Paku.


Akhir pekan yang menyenangkan bersama tetangga, camping tanpa listrik, snorkeling di spot-spot Indah da trekking di bukit yang meski melelahkan namun terbayar dengan pemandangan dari atasnya.


 

 

Kamis, 22 November 2018

Asyiknya Gowes








  


Kalau ada yang tanya apa sih enaknya sepedahan/gowes? udah capek, panas, lewat jalan-jalan kecil/ blusukan? nah, blog kali ini berbeda dengan tulisan sebelumnya, karena saya gak akan cerita tentang lokasi tujuan wisata yang saya datangi seperti biasanya, tapi saya akan cerita enaknya gowes apalagi kalau dilakukan bareng-bareng. semoga setelah baca tulisan ini banyak yang tertarik buat gowes, hehehe

saya lupa tahun berapa mulai gowes, yang pasti saya ikutan olahraga ini karena ajakan suami yang memang punya hobby ini. seingat saya, sejak anak ke-2 berumur 1 tahun (sekitar tahun 2002) sudah kami ajak gowes, tentu dengan dibonceng di kursi khusus yang bisa dibongkar pasang. Berlanjut hingga si kecil sudah bisa naik sepeda sendiri, kamipun tak segan ke luar kota dengan membawa 4 sepeda di dalam mobil, dan dirakit kembali saat tiba di lokasi.

           
                       Jakarta Car Free Day                                Jakarta Car Free Day

di komplek tempat tinggal kami yang lama Villa Nusa Indah, hanya ada satu tetangga perempuan yang terkadang ikut gowes bareng bersama kami, kebanyakan bapak-bapak yang hobby gowes. tapi ketika kami pindah ke Kota Wisata, di Cluster kami kebetulan lumayan banyak ibu-ibu yang ketika kami ajak gowes dengan senang hati ikutan, meski sekarang karena alasan kesibukan keluarga dan berbagai alasan lain, ibu-ibu yangs emula berjumlah hampir 10 orang menyusut hanya tinggal 5, dan kalau digabung dengan rombongan bapak-bapak, lumayanlah setiap kali gowes bisa ber-5-10 orang.

Oh ya, karena kebanyakan ibu-ibu yang juga ikutan sepeda juga bekerja di kantor, maka kami punya jadwal rutin seminggu sekali untuk gowes. untuk hari-nya berdasarkan kesepakatan bersama bisa di hari Sabtu atau Minggu, dan kamipun punya group wa untuk berkoordinasi bahkan punya nama untuk club gowes kami coateville cycling community.

untuk rute gowes biasanya dipandu oleh marshal yang kebetulan suami atau tetangga sebelah rumah yang sekarang juga sudah hapal beberapa rute gowes. kalau ada pertanyaan apa gak capek gowes? ya kalau capek biasanya kami bilang ke marshal/penunjuk jalan jadi rombongan bisa istirahat dulu untuk minum atau poto-poto kalau kebetulan tempat kita berhenti menyajikan pemandangan cantik seperti beberapa poto yang saya posting ini. dan untuk jarak tempuh, awalnya kami hanya sanggup 5-10 kilometer saja, tapi lama kelamaan takjub juga karena kami bisa sampai 35 kilometer.
 
 
         Jembatan Bambu Jalur JJ                                             Buperta Cibubur


biasanya kami kumpul untuk gowes pk 05.30 WIB, dan jam 06.00 WIB kami mulai star meninggalkan cluster dengan tujuan yang sudah ditentukan sehari sebelumnya. beberapa tujuan atau rute gowes kami antara lain : Jalur Jati Asih/JJ, jalur single track di seputar wilayah jati asih. Warung Oncom, lokasi ini mengambil nama warung yang menjual gorengan oncom sebagai menu andalannya berada tidak jauh dari  perumahan bukit golf. Romod-Japingal, ini merupakan singkatan dari rombngan modal dengkul jalur pinggir kali dan Buperta, bumi perkemahan dan taman wisata Cibubur.  

Tapi kami juga pernah menjajal kilometer 0 Sentul (yang tidak akan saya datangi lagi mengingat medannya menanjak selama perjalanan hingga ke titik 0 kilometer), hampir menyerah untuk tidak melanjutkan perjalanan, untungnya sampai juga kami ke 0 kilometer.  Bersama rombongan yang cukup besar kami juga pernah menjajal bukit Sawiyah di Majalengka, Jawa Barat, meski beberapa ratus meter menjelang puncak bukit kami harus dievak dengan kendaraan bak terbuka karena sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan.
 
                            Majalengka                                         Bukit Kanaga Majalengka


                Terasering Panyawengan                                                               Majalengka


Oh ya, saya dan komunitas lebih suka mountaint bike (sepeda gunung) dibanding road bike (sepeda jalan raya), karena sepeda gunung tidak perlu baradu dengan kendaraan lain di jalan raya, dan rute yang kami lewati umumnya masih banyak pepohonan rindang, sehingga tidak membosankan.

kalau liat di google, lumayan juga sih manfaat bersepeda, 2 diantaranya bersepeda merupakan  cara yang baik untuk mengendalikan atau menurunkan berat badan, karena bersepeda dapat meningkatkan tingkat metabolisme, membangun otot, dan membakar lemak tubuh. Bersepeda secara teratur juga dapat merangsang dan memperbaiki jantung, paru-paru, sirkulasi darah, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Nah, setelah tahu manfaatnya, siapa yang gak tertarik untuk gowes. 






                                Jalur JJ                                                                 Jalur JJ






Kamis, 19 Juli 2018

Labuan Bajo


BEAUTIFUL LABUAN BAJO

Mei 2018

Pulau Padar
Mau coba merasakan sensasi bermalam di kapal di tengah lautan luas? Mau coba traveling yang gak biasa? Nah Labuan Bajo bisa menjadi pilihan untuk wisatawan yang suka tantangan dan keindahan alam. Keunikan tempat wisata di Labuan Bajo yang menarik minat saya dan keluarga untuk ikut trip Live on Board selama 3 hari 2 malam, dan atas info dari temen yang pernah pergi kesana, kami pilih ikut open trip yang diadakan Kemanalagi_id dengan biaya 2,5 juta/orang untuk LOB selama 3 hari 2 malam, termasuk makan selama 3 kali/hari, tiket menuju lokasi wisata dan penjemputan dari dan ke bandara. Kami sekeluarga ber-4 memilih untuk pergi di tgl merah 10 Mei dan kembali lagi ke Jakarta 14 Mei, sehingga untuk yang kerja cuma perlu cuti 2 hari (jum’at dan senin) dan yang bolos sekolah juga cuma 2 hari, hehe. Kami juga memilih untuk menginap di Labuan Bajo sehari sebelum LOB dan sehari sesudahnya agar tidak terburu-buru mengejar waktu penerbangan.

Arti Labuan Bajo sendiri setelah saya coba cari,  Labuan berarti “tempat berlabuh”, sementara Bajo berarti “Suku Bajo” yang berasal dari Sulawesi.  Selama puluhan tahun Suku Bajo sudah bermukim di pesisir barat Flores ini, tak heran kita dengan mudah mendengar suara azan dan masjid di sekitar pelabuhan Labuan Bajo.
 

Kami berangkat dengan pesawat pagi yang transit di Denpasar untuk berganti pesawat, tiba di Bandar udara Komodo, Labuan Bajo  pk 13.00 WITA driver dari travel sudah menjemput dan siap mengantar  kami ke Oce Tree Otel, hotel yang sudah kami book secara online. Cuaca panas membuat kami malas untuk keluar hotel dan hanya leyeh-leyeh di kamar, baru sorenya sambil menunggu sunset kami jalan-jalan di belakang hotel yang ternyata merupakan pelabuhan kecil.
Hari jum’at sesuai agenda kami dijemput travel tour dari hotel menuju pelabuhan ujung, tempat kapal bersandar, di lokasi ini sudah ada 4 rekan seperjalanan, mereka adalah  pak Oentoro yang pergi sendiri, Oji pemuda dari Surabaya yang juga pergi sendiri dan Arfi serta Dhita teman backpackeran. Sebenarnya masih ada 3 cewek lagi yang masuk dalam teman perjalanan kami, tapi mereka ketinggalan pesawat dan akan menyusul. Jadi 11 orang jumlah peserta open trip kami.



Memasuki kapal seperti pinisi, oleh tour guide Arjuna kami diperlihatkan fasilitas yang ada di kapal, antara lain kamar tempat kami tidur yang ber-AC, 2 kamar mandi masing-masing 1 untuk cowok dan 1 untuk cewek, dapur dan dek bagian atas tempat bersantai. Sempat agak khawatir selam 3 hari 2 malam kami di atas kapal apakah akan bosan? Lalu bagaiman dengan makanan meski pihak travel menyebutkan kami akan mendapat makanan 3 kali sehari. Dan ternyata malah kami gak sempat bosan, karena jadwal yang sudah dibuat cukup padat, selain itu chef muda yang ikut bersama kami cukup ahli dalam mengolah makanan sehingga semua peserta trip sepakat menyatakan makanan yang disediakan enak, apalagi jika sore menjelang, sang chef yang sampai lupa kami tanyakan namanya selalu menyediakan cemilan teman minum teh/kopi di sore hari seperti pisang goreng keju, pisang goreng meises.
bergaya di atas kapal pinisi

Lokasi pertama yang kami tuju adalah Pulau Kelor, di sini kita mendaki bukit yang lumayan terjal tapi itu semua terbayar dengan pemandangannya dari atas berupa gradasi warna laut hijau muda, biru muda sampai biru tua bening. Oh ya untuk ke setiap lokasi wisata kapal akan bersandar sekitar 200-500 meter dan kita akan diangkut dengan boat menuju lokasi. Berikutnya lokasi yang kami datangi adalah Pulau Rinca, salah satu pulau selain pulau Komodo, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara Timur yang merupakan habitat Komodo, spesies kadal terbesar di dunia dengan rata-rata panjang 2-3 meter. Agak takut juga begitu memasuki pulau Rinca karena info dari tour guide komodo-komodo hidup bebas di pulau ini, karena itu wisatawan perlu didampingi pawang atau ranger untuk setiap kelompoknya. Pak Renus ranger yang mengantar kami trekking,  menawarkan  3 pilihan trek di pulau ini : short trek, medium trek dan long trek, kami sepakat memilih short trek. Sampai di pulau Rinca sekitar jam 2 siang,  jam-jam seperti ini aktivitas komodo tidak banyak sehingga memang disarankan wisatawan datang pada jam-jam ini, sementara pagi dan sore aktivitas komodo lebih aktif karena waktu mereka mencari makan. 

Benar saja baru sekitar 200 meter dari loket penjualan tiket, kami sudah bertemu sekitar 9 komodo yang dengan enaknya tidur di dekat rumah panggung tempat para ranger menginap, dan karena warna kulit komodo abu-abu gelap sampai merah batu bata sehingga nyaris tersamar dengan warna tanah. Di perjalanan menuju bukit kami juga sempat melihat 2 komodo yang satu baru saja memakan mangsa (ada darah di sekitar mulutnya), dan yang satu lagi berusaha memanjat bukit, just info komodo selain sangat cepat berlari mengejar mangsa juga bisa berenang dan menyelam. Destinasi terakhir di hari pertama adalah Pulau Kalong Rinca, di pulau ini kita tidak memasuki pulau hanya melihat dari kejauhan kawanan kalong/kelelawar keluar dari pulau tsb.



Hari kedua trip, tujuan kami adalah Pulau Padar, Pink Beach, Manta Point, Taka Makasar dan Gili Lawa untuk melihat sunset. 5 lokasi ini benar-benar mengagumkan, di Pulau Padar kita bisa melihat lekukan teluk yang begitu Indah selain melihat matahari muncul dari balik bukit, sementara di Pink Beach sesuai namanya pasir di lokasi ini berwarna merah muda/pink bercampur dengan pasir putih dan birunya laut. Sayang di Manta Point kami sedang tidak beruntung, tidak ada satupun Ikan pari manta spesies ikan pari terbesar di dunia menampakan diri. Namun kekecewaan tidak bertemu manta sedikit terobati di Taka Makasar melihat taman lautnya yang begitu Indah dan di Pasir Timbul, gundukan pasir yang terbentuk hanya saat air laut surut,  seperti kolam renang pribadi layaknya. Hari ke-2 ditutup dengan perjuangan mendaki Gili Lawa yang cukup tinggi dan terjal untuk melihat sunset dari puncak gili/pulau tsb.



Hari ke-3 atau hari terakhir, sebelum pulang kami menuju Pulau Kanawa untuk snorkeling. Kanawa sendiri merupakan sebuah resort yang memiliki spot snorkeling yang cukup Indah, ikan-ikan kecil berwarna warni bisa dengan mudah dilihat dari atas tanpa perlu kita menyelam karena airnya yang cukup bening. Pulau Kanawa merupakan lokasi terakhir dari sejumlah lokasi yang ditawarkan pada paket tour Labuan Bajo Live on Board/LOB. Kami kembali ke pelabuhan dengan sejuta kenangan akan indahnya alam Indonesia.