November, 2017
Saat masa sekolah pernah dong ngerasain yang namanya camping, salah satu kegiatan ekstra kurikuler/eskul dari sekolah, biasanya dikemas dalam paket persami atau perkemahan sabtu-minggu. Tapi sekalipun persami pasti lokasi campingnya sudah disiapkan khusus untuk menampung kegoatan tsb, artinya sudah ada listrik , MCK dan kebutuhan camping lainnya. Tapi pernah nggak terpikir setelah dewasa untuk melakukan perjalanan camping, snorkeling & trekking yang dijadikan satu dalam paket perjalanan? Itulah yang saya ikuti bersama keluarga dan beberapa tetangga pertengahan November 2017 (18-19 Nov).
Tujuan trip kali ini adalah Pulau Sangiang, Anyer, bersama keluarga dan beberapa tetangga berjumlah 12 orang kami berangkat pagi pk 05.30 WIB dari Cibubur agar tidak terjebak macet dan juga sudah janji dengan tour operatornya jam 09.00 WIBdi meeting point, Pelabuhan Paku, Anyer. oh ya, untuk trip kali ini kami ikut tour operator dengan biaya 300 ribu rupiah per orang sudah termasuk tenda, makan, perlengkapan snorkling dan guide ke beberapa lokasi yang akan didatangi.
Memakan perjalanan sekitar 3 jam, diselingi berhenti di rest area dan menjemput Widhi Bek/photographer temen suami yang pernah ikut juga ke Teluk Kiluan, sampailah kami di Pelabuhan Paku, pelabuhan kecil yang hanya disinggahi perahu-perahu nelayan. Mobil kami tinggal di parkiran Pelabuha Paku dan kami langsung naik perahu nelayan yang sudah disiapkan menuju Pulau Sangiang. Perjalanan dengan perahu motor 1,5 jam menerjang ombak yang lumayan besar pagi ini, akhirnya sampailah kami di Pulau Sangiang, pulau yang hanya dihuni 50 kepala keluarga. Kami dibuat takjub saat perahu memasuki pulau dan melalui rindangnya pepohonan bakau, seolah-olah menjadi pintu gerbang pulau tsb. Sampai di pulau, kami mengemas barang-barang yang arus dibawa dan siap-siap menuju areal camping yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 500 meter.
Lokasi tenda tempat kami menginap benar-benar berada di pinggir pantai, yaitu Pantai Pasir Panjang. Pantai dengan pasir putih dan birunya air laut menjadi pemandangan camping ground tempat kami menginap, sayangnya di pantai banyak sekali sampah-sampah yang terbawa air laut dan teronggok begitu saja, seandainya pemerintah setempat lebih peduli dan mengerahkan penduduk untuk membersihaknnya secara berkala tentu saja dengan bayaran yang sesuai, saya yakin makin banyak wisatawan yang berminat ke pulau ini. Setelah sang tour operator Ozi dibantu anak buahnya mendirikan tenda, kamipun makan siang bersama beralaskan tikar dan hembusan angina pantai yang sejuk. Makanan rumahan yang sudah disiapkan dengan menu sayur asem, ikan bakar, sambal, dan tempe goreng sangat nikmat kami makan bersama di siang yang cukup panas.
Setelah istirahat sebentar, kami tak sabar untuk segera snorkeling. Ada 2 lokasi snorkeling yang disiapkan yaitu : Laggon Bajo dan Lagoon Waru, sayangnya saya sendiri tidak bisa ikutan karena penyakit bulanan perempuan. Ahhh…rasanya pengen nyebur aja liat air laut yang biru jernih dan hamparan karang yang bahkan terlihat dari atas perahu. Puas snorkeling, perahu kembali mengangkut kami ke pulau Sangiang. Sayangnya di pulau ini sarana MCK nya kurang memadai sehingga menyulitkan untuk wisatawan yang menginap di pulau ini.
Malam ini penerangan di sekitar tenda benar-benar mengandalkan lampu sorot yang kami bawa dan cahaya bintang, karena listrik belum masuk ke pulau ini, kalaupun ada genset hanya dipasang di mushola. Kamipun makan malam lesehan dengan menu ikan bakar, capcay dan lagi-lagi tempe yang kali ini digoreng tepung serta sambel. Meski menu sederhana namun tetap kami rasakan nikmat, mungkin karena makan bersama atau memang makanan yang dipesan dari penduduk setempat benar-benar enak. Usai makan malam, karena masih belum mengantuk, kamipun menghabiskan waktu melihat bintang di pantai Pasir Panjang, sebelum akhirnya rasa kantuk membawa kami ke tenda untuk beristirahat.
Sesuai jadwal yang sudah diberikan sebelumnya, keesokan pagi kami bersiap-siap sejak pk 05.00 WIB untuk trekking ke Bukit Harapan melihat matahari terbit, sayangnya kami kalah cepat belum sampai di bukit matahari sudah menampakan sinarnya, tapi kami tidak menyesal, karena pemadangan dari atas bukit ini benar-benar menakjubkan. Hamparan pantai Pasir Panjang dan lekukan-lekukan pantai bisa kami nikmati dengan terbuka dari atas bukit. Di atas bukit juga ada gardu pandang yang terbuat dari bambu, sayangnya tidak ada yang berani naik ke atas gardu pandang tsb.
Tujuan selanjutnya yaitu Goa Kelelawar, kamipun menuruni bukit memakan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di goa yang berhubungan langsung dengan laut lepas. Meski hempasan ombak di goa tsb cukup besar, namun beruntung kami bisa melihat ikan hiu kecil yang berenang-renang di goa mencari makan berupa kelelawar yang jatuh dr atas goa. Setelah puas poto-poto di bukit dan sekitar gow, kamipun kembali ke base camp untuk sarapan dan beres-beres, karena harus kembali ke Pelabuhan Paku.
Akhir pekan yang menyenangkan bersama tetangga, camping tanpa listrik, snorkeling di spot-spot Indah da trekking di bukit yang meski melelahkan namun terbayar dengan pemandangan dari atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar