Rabu, 27 November 2019

Kuala Lumpur & Melaka Trip





Februari 2019,


Ini kali kedua kami teman-teman kantor (beda Departemen) melakukan perjalanan bersama setelah sebelumnya tahun lalu ke Hongkong & Macau. Menentukan destinasi dan jadwal kepergian lumayan repot, karena kami berlima perlu menyesuaikan tujuan yang sama dan mengatur waktu cuti. Beruntung akhirnya kami sepakat untuk pilihan tujuan wisata kali ini ke Kuala Lumpur dan Melaka. Tujuan wisata kali ini kami pilih karena budget yang tidak terlalu mahal dan tertarik dengan Melaka karena wilayah ini berdasarkan beberapa tulisan menyimpan bangunan tua bersejarah.


Karena tidak mau repot seperti perjalanan sebelumnya, maka kami sepakat menggunakan jasa tour travel untuk  paket 4 hari 3 malam yang cukup terjangkau kantong. Paket ini sudah termasuk tiket pesawat (Malindo Air plus bagasi & snack), hotel dan ke beberapa lokasi wisata di Negara tujuan & guide selama di Negara tujuan. Sempat khawatir juga apakah biro perjalanan yang kami temui di IG benar-benar valid atau bisa saja menipu. Alhamdulillah ternyata bahkan biro perjalanan ini sangat care, sudah ada perwakilannya yang menunggu kami di bandara Soetta pada hari H untuk memastikan kami sudah berkumpul & di Negara tujuan sudah ada tour guide lain yang menjemput kami di bandara.


Kami barangkat kamis pagi, sampai di Kuala Lumpur sudah dijemput oleh Zaki tour guide yang akan menemani kamis selama 4 hari. Dari bandara kami diantar ke hotel yang terletak di kawasan Bukit Bintang, kawasan ini merupakan surga bagi penggemar belanja untuk barang-barang bermerek maupun merek-merek lokal dengan harga terjangkau. Di kawasan ini juga terkenal sebagai pusat kuliner di malam hari. Kami istirahat dulu di hotel sebelum malamnya jalan-jalan di kawasan bukit bintang sekaligus makan malam di pusat kuliner di jalan Alor.

 

Hari kedua, jam 9 pagi Zaki tour gudie kami sudah menjemput di hotel, tujuan pertama adalah Istana Negara, kediaman resmi Yang di-Pertuan Agong, Kepala Negara Malaysia terletak di Jalan Tunku Abdul Halim di utara Kuala Lumpur. Panas menyengat begitu kami tiba di Kompleks istana yang memiliki luas 97,65 hektar dan 22 kubah. Keunikan Istana ini dari bentuk bangunan yang luas dan megah dan menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi para turis mancanegara. Wisatawan dilarang masuk ke dalam komplek Istana Negara tapi bebas bisa berfoto di luar pagar Istana bahkan bersama penjaga istana.





Tujuan kami berikutnya adalah Objek wisata Batu Caves, obyek wisat ini gabungan antara wisata alam dan wisata religi. Saat tiba di lokasi patung Dewa Muragan setinggi 42 meter menyambut para wisatawan yang datang. Jangan lupa untuk foto di depan patung berwarna keemasan ini karena sangat eye catching. Di lokasi wisata ini selain patung Dewa Muragan, ada goa yang terbuat dari batu gamping berusia 400 juta tahun yang  sarat akan nuansa agama Hindu, Lukisan dan patung-patung dewa yang menghiasi sekeliling gua. Goa ini bisa dicapai dengan menaiki 272 anak tangga, sayangnya kami tidak ada yg beminat untuk menapaki ratusan anak tangga tsb, cukuplah berfoto di anak tangga terendah. Oh ya, saat menaiki anak tangga para wisatawan sebaiknya berhati-hati karena banyak monyet yang tanpa permisi bisa merebut makanan yang sedang kita pegang, saya salah satu korbannya.



Tujuan wisata selanjutnya adalah Dataran Merdeka untuk menikmati wisata sejarah khususnya bangunan-bangunan tua, diantaranya yang kami kunjungi adalah  Masjid Jamek yang terletak di antara Sungai Klang dan Sungai Gombak. Masjid ini merupakan mesjid tertua di Kuala Lumpur,  sebelum Masjid National dibangun pada tahun 1965, Masjid Jamek digunakan sebagai masjid utama. Di wilayah ini kita juga menikmati Sultan Abdul Samad Building, bangunan terbesar pada masanya. Awalnya gedung ini dibangun sebagai Kantor Pemerintahan Baru kemudian beralih fungsi menjadi Kantor Departemen Pekerjaan Umum, Kantor Survey, Bendahara, Kantor Pos dan Telegraf, dan beberapa departemen Pemerintah Federal Malaysia. Seluruh bangunan ini terbuat dari batubata berwarna putih gading. 
                                                                                 
                                                                                  





Selanjutnya oleh tour guide kami diajak masuk ke Kuala Lumpur City Gallery, selain beberapa sudut 3 dimensi, di dalam gedung ini juga kita bisa melihat sejarah Kuala Lumpur baik dalam berbagai photo maupun sajian video presentasi. Setelah puas berkeliling Dataran Merdeka, kami pulang dulu ke Hotel sebelum malamnya menikmati Menara Kembar Petronas, menara kembar yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia  sebelum kemudian dikalahkan  oleh Burj Khalifa dan Taipei 101

Hari ketiga tujuan kami adalah Melaka untuk Melaka Heritage City Tour. Perjalanan dengan menggunakan bus umum yang cukup bersih memakan waktu sekitar 2 jam dari Kuala Lumpur. Sesampai di Melaka deretan bangunan berwarna merah langsung menyita perhatian, salah satunya adalah Stadthuys in Melaka, bangunan berwarna merah konon dahulunya digunakan sebagai pusat administrasi negara. Letak bangunan yang dibangun tahun 1950 berada di kawasan yang disebut sebagai Red Square, yang seluruh bangunannya memiliki satu warna yaitu merah. Di samping dari Stadthuys  berdiri bangunan bersejarah yang juga masih kokoh  yatu Christ Church Melaka, gereja yang dibangun oleh Belanda sejak tahun 1753. 





Dari arah gereja kami menelusuri bangunan kuno lainnya yaitu A Famosa Melaka, benteng peninggalan Portugis yang merupakan salah satu bangunan peninggalan Eropa tertua yang masih ada di Asia Tenggara. Meski kondisi benteng ini sudah tidak utuh dan tinggal bersisa sejumlah reruntuhan bangunan, namun tetap menarik untuk dijadikan background photo.

Sambil menuju tempat pemberhentian bus untuk kembali ke Kuala Lumpur, kami sejenak menikmati River Walk Melaka,  kawasan sepanjang sungai Melaka yang rapih rapi dan bersih, bahkan di sepanjang sisi sungai selain terdapat beberapa kedai kopi, penjual makanan khas Melaka  juga terdapat Hotel. Seandainya sungai Ciliwung di Jakarta bisa dibuat seperti ini.



Minggu, 24 November 2019

Vietnam Trip, Gurun Pasir yang Mempesona






November 2019,


Trip ketiga dari geng kantor yang sepakat untuk rutin jalan-jalan setelah sebelumnya ke Hongkong-Macau dan Melaka-Malaysia adalah Vietnam. Agak lupa kenapa akhirnya kami ber-6 plus satu yang bukan rekan kantor memutuskan tujuan wisata berikutnya adalah Vietnam, mungkin juga karena paket jalan-jalannya terjangkau dan yang penting ke Luar Negeri, itulah semboyan kami.






Akhirnya kami sepakat membeli paket wisata dari travel yang sama yang  sebelumnya pernah kami gunakan saat trip ke Melaka karena gak mau ribet, sebelumnya kami puas dengan pelayanan tour leader dan hotel yang kami tempati, bukan bintang 5 tetapi bersih dan berada di dekat pusat kita.  Disepakti kami mengambil paket 4 hari 3 malam 15-18 November 2019 (ada 2 hari libur Sabtu & Minggu) sehingga kami yang pekerja kantoran cukup mengambil cuti 2 hari saja. Untuk tour paket hemat seperti yang kami ambil selama ini gak enaknya adalah 2 hari dihabiskan di perjalanan karena harus transit pergi dan pulang.


Hari pertama penerbangan kami ke Singapura delay sehingga sampai di Vietnam sudah sore dan sedikit bermasalah karena salah satu koper tidak ditemukan, ternyata tidak terangkut saat transit. Ground handling di bandara berjanji akan mengantar koper tsb keesokan harinya. karena sudah malam dan kami semua lelah  jadwal yang seharusnya yaitu kami makan malam di Ben Thanh Night Market sepakat kami hilangkan.

Hari kedua, seperti permintaan kami sebelumnya kepada pihak  travel kami memilih Mui Ne sebagi salah satu tujuan wisata yang akan kami kunjungi. Mui Ne sendiri merupakan kota kecil yang berada di pinggir Laut China Selatan dan berjarak sekitar 5 jam perjalanan darat menggunakan bus dari ibu kota Vietnam, Ho Chi Minh City. Jangan khawatir karena kursi bus nya sudah di design khusus sehingga para penumpang bisa tiduran. Selain pemandangan pantainya yang cantik, Mui Ne memiliki daya tarik tersendiri untuk para wisatawan yaitu padang pasir yang terbentang luas yaitu White Sand Dunes, dengan pasir putihnya dan Red Sand Dunes yang pasirnya berwarna kemerahan (coklat).




Oh ya dalam perjalanan menuju padang pasir, kami mampir di Fairy Stream yang berada di pusat kota Mui Ne. Fairy Stream merupakan sebuah aliran sungai kecil namun di kanan kirinya terdapat tebing pasir dengan paduan warna merah dan putih membentuk formasi yang sangat indah. Sekilas aliran air di Fairy Stream seperti air yang kotor karena berwarna kecoklatan, namun ternyata warna kecoklatan itu ditimbulkan dari tanah liat yang menjadi dasar sungai, airnya sendiri sangat bening. Sensasi menyusuri sungai dengan pemandangan tebing pasir warna-warni dipadu dengan hijaunya pepohonan dan semilir angin sungguh menyenangkan. 


Hari ketiga dalam itinerary yang sudah dibagikan sebelumnya kepada para peserta hari ini hanya akan City tour. Destinasi pertama yang kita datangi adalah Saigon Central Post Office, kantor pos besar ini terletak di pusat kota Saigon, berdekatan dengan Saigon Notre-Dame Basilica. Gedung ini dirancang dengan gaya Gothic oleh Gustave Eiffel, arsitek terkenal yang juga perancang Menara Eiffel di Paris, Perancis. Menyebrang jalan dari kantor pos besar selanjutnya kita menuju Saigon Notre-Dame Basilica, Gereja yang memiliki nama resmi Basilica of our Lady of The Immaculate Conception. Gereja ini disebut juga Notre Dame karena mirip dengan katedral yang terkenal dengan legenda Si Bungkok di Paris. 
 
Setelah puas berfoto di dua bangunan peninggalan sejarah, sebelum ke  Ben Thanh Market, kami diajak berjalan kaki menuju Reunification Palace istana yang dulunya merupakan tempat berdirinya Istana Norodom yang diberi nama berdasarkan nama Raja Kamboja. Akhirnya yang ditunggu tiba apalagi kalau bukan mengunjungi Ben Thanh Market, pasar tradisional yang cukup besar di Ho Chi Minh, ibukota Vietnam. Pasar ini memiliki bentuk bangunan kuno dan menjual berbagai pakaian, makanan, serta souvenir. Di pagi hingga sore hari, kegiatan berpusat di dalam pasar, sedangkan sore sampai tengah malam dilanjutkan dengan pasar malam (Ben Thanh Night Market) yang ada di jalanan.

 


 

Itulah sekilas cerita jalan-jalan kami ke Vietnam, Negara terpadat nomor 13 di dunia. Jika dibandingkan dengan Indonesia sangat jauh, kotanya kotor dan lalu lintasnya semrawut.