Februari 2019,
Ini
kali kedua kami teman-teman kantor (beda Departemen) melakukan perjalanan
bersama setelah sebelumnya tahun lalu ke Hongkong & Macau. Menentukan
destinasi dan jadwal kepergian lumayan repot, karena kami berlima perlu
menyesuaikan tujuan yang sama dan mengatur waktu cuti. Beruntung akhirnya kami
sepakat untuk pilihan tujuan wisata kali ini ke Kuala Lumpur dan Melaka. Tujuan wisata kali ini kami pilih
karena budget yang tidak terlalu mahal dan tertarik dengan Melaka karena
wilayah ini berdasarkan beberapa tulisan menyimpan bangunan tua
bersejarah.
Karena
tidak mau repot seperti perjalanan sebelumnya, maka kami sepakat menggunakan
jasa tour travel untuk paket 4 hari 3 malam yang cukup terjangkau kantong. Paket ini
sudah termasuk tiket pesawat (Malindo Air plus bagasi & snack), hotel dan
ke beberapa lokasi wisata di Negara tujuan & guide selama di Negara tujuan.
Sempat khawatir juga apakah biro perjalanan yang kami temui di IG benar-benar
valid atau bisa saja menipu. Alhamdulillah ternyata bahkan biro perjalanan ini
sangat care, sudah ada perwakilannya yang menunggu kami di bandara Soetta pada
hari H untuk memastikan kami sudah berkumpul & di Negara tujuan sudah ada
tour guide lain yang menjemput kami di bandara.
Kami
barangkat kamis pagi, sampai di Kuala Lumpur sudah dijemput oleh Zaki tour
guide yang akan menemani kamis selama 4 hari. Dari bandara kami
diantar ke hotel yang terletak di kawasan Bukit Bintang, kawasan ini merupakan surga
bagi penggemar belanja untuk barang-barang bermerek maupun merek-merek lokal
dengan harga terjangkau. Di kawasan ini juga terkenal sebagai pusat kuliner di
malam hari. Kami istirahat dulu di hotel sebelum malamnya jalan-jalan di
kawasan bukit bintang sekaligus makan malam di pusat kuliner di jalan Alor.
Hari kedua, jam 9 pagi Zaki tour gudie kami sudah menjemput di hotel, tujuan pertama adalah
Istana Negara, kediaman resmi Yang di-Pertuan Agong, Kepala Negara Malaysia terletak di Jalan Tunku Abdul Halim di utara Kuala Lumpur. Panas menyengat begitu kami tiba di Kompleks istana yang
memiliki luas 97,65 hektar dan 22 kubah. Keunikan Istana ini dari bentuk bangunan
yang luas dan megah dan menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi para
turis mancanegara. Wisatawan dilarang masuk ke dalam komplek Istana Negara tapi
bebas bisa berfoto di luar pagar Istana bahkan bersama penjaga istana.
Tujuan kami berikutnya adalah Objek wisata Batu Caves, obyek wisat ini gabungan
antara wisata alam dan wisata religi. Saat tiba di lokasi patung Dewa Muragan
setinggi 42 meter menyambut para wisatawan yang datang. Jangan lupa untuk foto di
depan patung berwarna keemasan ini karena sangat eye catching. Di lokasi wisata
ini selain patung Dewa Muragan, ada goa yang terbuat dari batu gamping berusia
400 juta tahun yang sarat akan nuansa agama Hindu, Lukisan dan patung-patung
dewa yang menghiasi sekeliling gua. Goa ini bisa dicapai dengan menaiki 272
anak tangga, sayangnya kami tidak ada yg beminat untuk menapaki ratusan anak
tangga tsb, cukuplah berfoto di anak tangga terendah. Oh ya, saat menaiki
anak tangga para wisatawan sebaiknya berhati-hati karena banyak monyet yang tanpa
permisi bisa merebut makanan yang sedang kita pegang, saya salah satu
korbannya.
Tujuan wisata selanjutnya adalah Dataran Merdeka untuk menikmati wisata sejarah khususnya bangunan-bangunan
tua, diantaranya yang kami kunjungi adalah Masjid
Jamek yang terletak di antara Sungai Klang dan Sungai Gombak. Masjid ini merupakan
mesjid tertua di Kuala Lumpur, sebelum
Masjid National dibangun pada tahun 1965, Masjid Jamek digunakan sebagai masjid
utama. Di wilayah ini kita juga menikmati Sultan Abdul Samad Building, bangunan terbesar
pada masanya. Awalnya gedung ini dibangun sebagai Kantor Pemerintahan Baru
kemudian beralih fungsi menjadi Kantor Departemen Pekerjaan Umum, Kantor Survey,
Bendahara, Kantor Pos dan Telegraf, dan beberapa departemen Pemerintah Federal
Malaysia. Seluruh bangunan ini terbuat dari batubata berwarna putih gading.
Selanjutnya oleh tour guide kami diajak masuk ke Kuala Lumpur
City Gallery, selain beberapa sudut 3 dimensi, di dalam gedung ini juga kita
bisa melihat sejarah Kuala Lumpur baik dalam berbagai photo maupun sajian video
presentasi. Setelah puas berkeliling Dataran Merdeka, kami pulang dulu ke Hotel
sebelum malamnya menikmati Menara Kembar Petronas, menara kembar yang pernah menjadi bangunan
tertinggi di dunia sebelum kemudian
dikalahkan oleh Burj Khalifa dan Taipei 101.
Hari ketiga
tujuan kami adalah Melaka untuk Melaka Heritage City Tour. Perjalanan
dengan menggunakan bus umum yang cukup bersih memakan waktu sekitar 2 jam dari
Kuala Lumpur. Sesampai di Melaka deretan bangunan berwarna merah langsung
menyita perhatian, salah satunya adalah Stadthuys in Melaka, bangunan
berwarna merah konon dahulunya digunakan sebagai pusat administrasi negara. Letak
bangunan yang dibangun tahun 1950 berada di kawasan yang disebut sebagai Red
Square, yang seluruh bangunannya memiliki satu warna yaitu merah. Di samping
dari Stadthuys berdiri bangunan bersejarah
yang juga masih kokoh yatu Christ Church Melaka, gereja yang dibangun
oleh Belanda sejak tahun 1753.
Dari arah gereja kami menelusuri
bangunan kuno lainnya yaitu A Famosa Melaka, benteng peninggalan Portugis yang merupakan salah satu
bangunan peninggalan Eropa tertua yang masih ada di Asia Tenggara. Meski kondisi
benteng ini sudah tidak utuh dan tinggal bersisa sejumlah reruntuhan bangunan,
namun tetap menarik untuk dijadikan background photo.
Sambil menuju tempat pemberhentian bus untuk kembali ke
Kuala Lumpur, kami sejenak menikmati River Walk Melaka, kawasan
sepanjang sungai Melaka yang rapih rapi dan bersih, bahkan di sepanjang sisi sungai selain terdapat beberapa kedai kopi, penjual makanan khas Melaka juga terdapat Hotel. Seandainya sungai Ciliwung
di Jakarta bisa dibuat seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar