Desember 2012
Penasaran karena temen-temen di kantor
yang tergabung dalam TPI Motor Club/TMC beberapa kali ke lokasi wisata yang
terletak di Banten, Jawa Barat ini, sayapun mencari tahu tentang Sawarna melalui
bantuan Google, termasuk mencari travel yang membuka paket perjalanan
akhir tahun ke Sawarna. Akhirnya kami memilih
ikut paket tour dari Maro Travel untuk keberangkatan tgl 30 Desember-1
Januari 2013, artinya kami akan bermalam tahun baruan di Sawarna. Oh ya, harga
paketnya per orang Rp 500.000,- untuk paket tour 3 hari 2 malam, termasuk
penginapan di homestay dan makan 3 kali sehari, juga kendaraan PP dari meeting
point (carefour MT Haryono-Sawarna).
Berangkat dari meeting point tgl 30
Desember 2012 pk 21.00 wib, dengan lama perjalanan yang seharusnya 8 jam tapi
molor karena bus yang kami tumpangi beberapa kali berhenti menunggu
kendaraan rombongan lain yang pecah ban. Walhasil baru sampai di Sawarna
pk 07.00 wib (seharusnya pk 05.00 wib berdasarkan jadwal). Dalam kondisi capek turun dari bus,
tidak ada pemandu wisata yang mengarahkan kami harus kemana. Rupanya penanggung jawab untuk tour ini yang seharusnya Erwin (sesuai email yang sudah
disampaikan Maro Travel) diganti dengan Yuli tanpa menginformasikan kepada para
peserta. Kekesalan kami bertambah setelah Yuli menginformasikan bahwa kamar
penginapan belum bisa ditempati karena masih ada tamu lain hingga pk 09.00 wib. hadeuhh….gak bener banget nih travel. Akhirnya, para peserta
sebanyak 50 orang harus rela menunggu di rumah ibu pemilik homestay untuk
sarapan, ke kamar kecil dan berganti baju sebelum menuju lokasi wisata pertama Goa Lalay. Untungnya suami dan anak-anak tidak protes dengan kekacauan pihak
travel setelah saya beri pengertian.
Setelah puas menikmati stalaktit dan
tentu saja photo-photo di dalam goa, kamipun keluar goa melalui pintu yang berbeda.
Dalam perjalanan kembali ke rumah pemilik homestay, tak tahan melihat anak-anak
kecil mandi di kali, kamipun mencoba menjulurkan kaki awalnya sekedar untuk
mencuci kaki yang kotor setelah terendam lumpur dalam perjalanan dari goa. Namun karena ternyata sungainya dangkal
dan airnya dingin, kamipun memberanikan diri berjalan ke tengah-tengah sungai,
apalagi kalau bukan untuk photo-photo, narsis banget deh pokoknya.
 |
Gaya di Sungai |
Sesampainya di rumah pemilik
homestay, kami diberitahu bahwa homestay Clara tempat menginap sudah
siap ditempati. Kamipun membawa barang-barang menuju homestay yang terletak di
seberang sungai. Oh ya, di Sawarna tidak ada hotel, yang tersedia adalah homestay
sederhana atau rumah penduduk yang disewakan untuk penginapan. Home stay Clara
berbentuk pondokan-pondokan yang terbuat dari bambu. Karena kami membayar
lebih, maka kami ber 4 satu keluarga ditempatkan dalam satu pondokan. Sementara
peserta tour lain digabung dalam satu pondokan berisi 6 orang (laki perempuan
terpisah). Sesampai di homestay, tanpa membuang waktu kami segera mandi
untuk menyegarkan badan yang sejak semalam tidur di dalam bus dan blusukan di
goa Lalay. Sebelum menuju lokasi wisata selanjutnya yaitu Pantai Ciantir dan
Tanjung Layar. Setelah mandi kami bisa sedikit berleha-leha di pondokan dengan
tiupan angin dari sawah yang persis berada di samping homestay.
 |
Teras Homestay Clara |
Setelah sholat ashar, kamipun bersiap menjelajah tujuan wisata lain di desa Sawarna. Untuk Pantai Ciantir
lokasinya hanya sekitar 500 meter dari homestay, pantai ini memiliki air yang
jernih, namun sayang karena pasirnya berwarna kecoklatan sehingga kejernihan
airnya tidak terlihat. Puas lagi-lagi berphoto di Pantai Ciantir, untuk menghemat
waktu sebelum magrib kami langsung menuju Tanjung Layar sekitar 500 meter
dari Pantai Ciantir. Tanjung Layar sendiri merupakan 2 batu karang berbentuk
seperti layar perahu yang terletak agak menjorok ke laut. Jika tidak sedang
pasang, maka kita bisa mendekat batu karang tsb. Yang menakjubkan, di sisi
kanan tanjung layar terdapat deretan batu karang yang berbentuk seperti tembok
yang jika terkena sapuan ombak seperti “Great Barrrier Rief” (lebay banget
deh). Saat magrib kamipun kembali ke
homestay dan rencananya malam kami akan kembali ke Pantai Ciantir untuk
bermalam tahun baru disana. Namun apa daya karena terlalu lelah, maka saya dan
anak-anak memilih tetap tidur di saat pergantian tahun.
 |
Tanjung Layar |
Hari ke-3 di Sawarna kami akan dibawa ke Lagoon Pari dan Karang
Taraje. Namun karena ingin melihat sunrise di Lagoon Pari, maka diputuskan untuk berangkat lebih awal dibandingkan peserta lain. Kami berangkat
dengan guide lokal yaitu Ipul, anak SMP yang jika libur tiba ikut membantu
bekerja di homestay. Rute yang dipilih Ipul menuju Lagoon Pari berupa jalur
mendaki bukit dari atas Tanjung Layar yang ditempuh lagi-lagi dengan berjalan
kaki selama 1 jam. Sayangnya matahari di awal tahun malu-malu menampakan diri,
sehingga kami tidak bisa melihat mata hari terbit dari Lagoon Pari. Lokasi ini merupakan
teluk yang menjorok ke darat sehingga ombaknya tidak terlalu besar dan sangat
aman untuk berenang. Setelah puas poto-poto, untuk kembali ke
homestay saya coba menelpon penjaga homestay meminta dicarikan ojek. Namun
karena musim liburan, ojek pun pasang tariff yang luar biasa mahal. Jika hari
biasa untuk PP Rp 60.000,-/orang, maka di saat musim liburan mereka minta Rp
100.000/orang itupun hanya dari Lagoon Pari kembali ke homestay. Karena
harganya tidak masuk akal, kami putuskan untuk kembali berjalan kaki pulang.
Nah, rute yang dipilih untuk pulang adalah rute yang sangat sulit, selain mendaki
bukit di satu lokasi kamipun harus hati-hati melalui jalan setapak yang
seperti kubangan kerbau, berlumpur dan licin, huff…sangat menguras energy.
Sesampai di homestay, kami membersihkan diri dan siap-siap untuk pulang
sambil menunggu peserta lain yang masih berada di Lagoon Pari.
 |
Jalanan Menuju Lagoon Pari |
 |
Lagoon Pari |
 |
Lagoon Pari |
Setelah makan siang, siap-siap kembali pulang dan mampir ke lokasi wisata terakhir yaitu : Karang Taraje. Petualangan pulang cukup seru, karena di satu tempat berupa
tanjakan panjang para penumpang sempat diminta turun dari bus dan
berjalan kaki menunggu di atas. Hal ini dilakukan agar bus bisa mencapai
tanjakan dengan mudah, lumayan deh olahraga siang, untungnya cuaca bersahabat
sehingga kami berjalan gak kepanasan. Seperti dijadwalkan sebelumnya, dalam
perjalanan pulang kami mampir di Karang Taraje. Sesuai dengan namanya, lokasi
wisata ini berupa gugusan karang yang landai dan mudah dinaiki seperti
Taraje (tangga dlm bahasa sunda).
 |
Karang Taraje |
Selesai sudah beberapa obyek wisata
di Sawarna kami kunjungi, dan setelah perjalanan kembali selama 8 jam, tengah
malam kami sampai kembali di rumah. Capek sudah pasti karena semua obyek wisata
disana membutuhkan kekuatan kaki. meski capek, tapi yang pasti kami
sekarang tdk penasaran lagi dengan Sawarna karena sudah pernag kesana.
See u on
the next trip yaaa….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar