Senin, 24 November 2014

Tahun Baruan di Sawarna, Lebak - Banten


Desember 2012
 
Penasaran karena temen-temen di kantor yang tergabung dalam TPI Motor Club/TMC  beberapa kali ke lokasi wisata yang terletak di Banten, Jawa Barat ini, sayapun mencari tahu tentang Sawarna melalui bantuan Google, termasuk mencari travel yang membuka paket perjalanan akhir tahun ke Sawarna. Akhirnya kami memilih  ikut paket tour dari Maro Travel untuk keberangkatan tgl 30 Desember-1 Januari 2013, artinya kami akan bermalam tahun baruan di Sawarna. Oh ya, harga paketnya per orang Rp 500.000,- untuk paket tour 3 hari 2 malam, termasuk penginapan di homestay dan makan 3 kali sehari, juga kendaraan PP dari meeting point (carefour MT Haryono-Sawarna).

Berangkat dari meeting point tgl 30 Desember 2012 pk 21.00 wib, dengan lama perjalanan yang seharusnya 8 jam tapi molor karena bus yang kami tumpangi beberapa kali berhenti menunggu kendaraan rombongan lain yang pecah ban. Walhasil baru sampai di Sawarna pk 07.00 wib (seharusnya pk 05.00 wib berdasarkan jadwal). Dalam kondisi capek turun dari bus,  tidak ada pemandu wisata yang mengarahkan kami harus kemana. Rupanya penanggung jawab untuk tour ini yang seharusnya Erwin (sesuai email yang sudah disampaikan Maro Travel) diganti dengan Yuli tanpa menginformasikan kepada para peserta. Kekesalan kami bertambah setelah Yuli menginformasikan bahwa kamar penginapan belum bisa ditempati karena masih ada tamu lain hingga pk 09.00 wib. hadeuhh….gak bener banget nih travel. Akhirnya, para peserta sebanyak 50 orang harus rela menunggu di rumah ibu pemilik homestay untuk sarapan, ke kamar kecil dan berganti baju sebelum menuju lokasi wisata pertama Goa Lalay. Untungnya suami dan anak-anak tidak protes dengan kekacauan pihak travel setelah saya beri pengertian.


 Setelah sarapan dan berganti baju serta tak lupa membawa perlengkapan jalan-jalan (topi, sunglases dll), kami siap  menuju lokasi wisata pertama yaitu : Goa Lalay (#bhs sunda berarti goa kelelawar). Perjalanan sekitar 3 km menuju Goa Lalay dengan berjalan kaki tidak terasa karena kami peserta tour asyik berphoto-photo di pematang sawah yang menghijau dan jembatan gantung.

diantara Pematang Sawah













Sawah Menghijau
Jembatan Gantung















Karena libur akhir tahun, di pintu masuk goa sudah banyak wisatawan yang antri untuk membeli tiket masuk. Karena kami sudah tergabung dalam travel, tiket masuk goa sudah termasuk. Awalnya anak-anak enggan untuk masuk ke dalam goa yang gelap dan dasarnya dialiri sungai yang berair dingin. Namun setelah diyakinkan  bahwa di dalam sudah banyak peserta lain dan jarang-jarang kita menemui goa seperti ini, akhirnya mereka mau juga ikut masuk. Gak kebayang sepinya goa ini jika bukan musim liburan. 

Masuk Goa Lalay



di Dalam Goa Lalay


 








Setelah puas menikmati stalaktit dan tentu saja photo-photo di dalam goa, kamipun keluar goa melalui pintu yang berbeda. Dalam perjalanan kembali ke rumah pemilik homestay, tak tahan melihat anak-anak kecil mandi di kali, kamipun mencoba menjulurkan kaki awalnya sekedar untuk mencuci kaki yang kotor setelah terendam lumpur dalam perjalanan dari goa. Namun karena ternyata sungainya dangkal dan airnya dingin, kamipun memberanikan diri berjalan ke tengah-tengah sungai, apalagi kalau bukan untuk photo-photo, narsis banget deh pokoknya.

Gaya di Sungai

 
Sesampainya di rumah pemilik homestay, kami diberitahu bahwa homestay Clara tempat menginap sudah siap ditempati. Kamipun membawa barang-barang menuju homestay yang terletak di seberang sungai. Oh ya, di Sawarna tidak ada hotel, yang tersedia adalah homestay sederhana atau rumah penduduk yang disewakan  untuk penginapan. Home stay Clara berbentuk pondokan-pondokan yang terbuat dari bambu. Karena kami membayar lebih, maka kami ber 4 satu keluarga ditempatkan dalam satu pondokan. Sementara peserta tour lain digabung dalam satu pondokan berisi 6 orang (laki perempuan terpisah). Sesampai di homestay, tanpa membuang waktu kami segera mandi untuk menyegarkan badan yang sejak semalam tidur di dalam bus dan blusukan di goa Lalay. Sebelum menuju lokasi wisata selanjutnya yaitu Pantai Ciantir dan Tanjung Layar.  Setelah mandi kami bisa sedikit berleha-leha di pondokan dengan tiupan angin dari sawah yang persis berada di samping homestay.

Teras Homestay Clara

Setelah sholat ashar, kamipun bersiap  menjelajah tujuan wisata lain di desa Sawarna. Untuk Pantai Ciantir lokasinya hanya sekitar 500 meter dari homestay, pantai ini memiliki air yang jernih, namun sayang karena pasirnya berwarna kecoklatan sehingga kejernihan airnya tidak terlihat. Puas lagi-lagi berphoto di Pantai Ciantir, untuk menghemat waktu sebelum magrib kami langsung menuju Tanjung Layar sekitar 500 meter dari Pantai Ciantir. Tanjung Layar sendiri merupakan 2 batu karang berbentuk seperti layar perahu yang terletak agak menjorok ke laut. Jika tidak sedang pasang, maka kita bisa mendekat batu karang tsb. Yang menakjubkan, di sisi kanan tanjung layar terdapat deretan batu karang yang berbentuk seperti tembok yang jika terkena sapuan ombak seperti “Great Barrrier Rief” (lebay banget deh).  Saat magrib kamipun kembali ke homestay dan rencananya malam kami akan kembali ke Pantai Ciantir untuk bermalam tahun baru disana. Namun apa daya karena terlalu lelah, maka saya dan anak-anak memilih tetap tidur di saat pergantian tahun. 
Tanjung Layar


Hari ke-3 di Sawarna kami akan dibawa ke Lagoon Pari dan Karang Taraje. Namun karena ingin melihat sunrise di Lagoon Pari, maka diputuskan untuk berangkat lebih awal dibandingkan peserta lain. Kami berangkat dengan guide lokal yaitu Ipul, anak SMP yang jika libur tiba ikut membantu bekerja di homestay. Rute yang dipilih Ipul menuju Lagoon Pari berupa jalur mendaki bukit dari atas Tanjung Layar yang ditempuh lagi-lagi dengan berjalan kaki selama 1 jam. Sayangnya matahari di awal tahun malu-malu menampakan diri, sehingga kami tidak bisa melihat mata hari terbit dari Lagoon Pari. Lokasi ini merupakan teluk yang menjorok ke darat sehingga ombaknya tidak terlalu besar dan sangat aman untuk berenang. Setelah puas poto-poto, untuk kembali ke homestay saya coba menelpon penjaga homestay meminta dicarikan ojek. Namun karena musim liburan, ojek pun pasang tariff yang luar biasa mahal. Jika hari biasa untuk PP Rp 60.000,-/orang, maka di saat musim liburan mereka minta Rp 100.000/orang itupun hanya dari Lagoon Pari kembali ke homestay. Karena harganya tidak masuk akal, kami putuskan  untuk kembali berjalan kaki pulang. Nah, rute yang dipilih untuk pulang adalah rute yang sangat sulit, selain mendaki bukit di satu lokasi kamipun harus hati-hati melalui jalan setapak yang seperti kubangan kerbau, berlumpur dan licin, huff…sangat menguras energy. Sesampai di homestay, kami membersihkan diri dan siap-siap untuk pulang sambil menunggu peserta lain yang masih berada di Lagoon Pari. 

Jalanan Menuju Lagoon Pari
Lagoon Pari


















Lagoon Pari





















 Setelah makan siang, siap-siap kembali pulang dan mampir ke lokasi wisata terakhir yaitu : Karang Taraje. Petualangan pulang cukup seru, karena di satu tempat berupa tanjakan panjang para penumpang sempat diminta turun dari bus dan berjalan kaki menunggu di atas. Hal ini dilakukan agar bus bisa mencapai tanjakan dengan mudah, lumayan deh olahraga siang, untungnya cuaca bersahabat sehingga kami berjalan gak  kepanasan. Seperti dijadwalkan sebelumnya, dalam perjalanan pulang kami mampir di Karang Taraje. Sesuai dengan namanya, lokasi wisata ini berupa gugusan karang  yang landai dan mudah dinaiki seperti Taraje (tangga dlm bahasa sunda). 

Karang Taraje
Selesai sudah beberapa obyek wisata di Sawarna kami kunjungi, dan setelah perjalanan kembali selama 8 jam, tengah malam kami sampai kembali di rumah. Capek sudah pasti karena semua obyek wisata disana membutuhkan kekuatan kaki. meski capek, tapi yang pasti kami sekarang tdk penasaran lagi dengan Sawarna karena sudah pernag kesana. 

See u on the next trip yaaa….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar